Sabtu, 07 April 2012

STRUKTUR PEMBANGUN KARYA SASTRA

Oleh :
MUHYSANUR SYAHRIR
(Sang Pemimpi Putra Oghy' Wajo)


A. Pengertian Struktur
Saat menghadapi karya sastra seorang penikmat atau pembaca akan berhadapan dengan sebuah struktur kehidupan yang imajinatif yang bermediumkan bahasa, struktur sastra itu sendiri. Yang dimaksud dengan struktur sastra di sini adalah susunan, penegasan dan gambaran semua materi serta bagian-bagian (elemen) yang menjadi komponen karya sastra dan merupakan kesatuan yang indah dan tepat (Abrams dalam Jabrohim (ed), 2001:167). Struktur karya sastra itu merupakan suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan ( Juwondo, dalam Jabrohim (ed), 2001:54).

B. Struktur Karya Sastra
Dikemukakan Fananie (2001), bahwa struktur karya sastra mencakup: struktur intrinsik, struktur ekstrinsik, struktur lapis bunyi, dan struktur lapis makna. Yang dimaksud dengan berbagai struktur itu adalah sebagai berikut ini :

1. Struktur Intrinsik
Intrinsik berarti unsur dalam. Dalam karya sastra berarti unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu (Tusthi,1991:69). Mursal Esten ( 1978:20) mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan struktur, seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan pengungkapan tema dan amanat. Juga termasuk di dalamnya hal-hal yang berhubungan dengan imajinasi dan emosi. Sedangkan unsur intrinsik sebuah puisi ialah: diksi, rima, ritme, dan tipografi (Thusthi,1991:100).

2. Struktur Ekstrinsik
Dikatakan Fananie (2001:77) Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan memengaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat meliputi: 1) tradisi dan nilai-nilai, 2) struktur kehidupan sosial, 3) keyakinan dan pandangan hidup, 4) suasana politik, 5) lingkungan hidup, 6) agama, dan sebagainya. Nyoman Thusthi Eddy ( 1991: 69) menyatakan faktor-faktor seperti: 1) sejarah, 2) sosiologi, 3) psikologi, 4) politik, ekonomi, dan ideologi. Sejalan dengan dua pendapat di atas, Wellek & Warren ( dalam Waluyo, 1994:64) menyatakan: 1) biografi pengarang, 2) psikologi (proses kreatif), 3) sosiologis (kemasyarakatan) sosial budaya masyarakat, dan 4) filosofis (aliran filsafat pengarang) termasuk pada struktur ekstrinsik karya sastra. Termasuk ke dalam faktor sosiologis, i) aspek-aspek seperti profesi/ institusi, problem hubungan sosial, adat-istiadat, dan antarhubungan masyarakat, ii) hubungan historis, iii) hubungan sastra dengan faktor sosial, yakni menganggap sastra sebagai dokumen sosial.

3. Struktur Lapis Makna
Sebuah karya sastra yang baik dan lengkap setidaknya memiliki lima tingkatan lapis makna atau neveau. Nilai-nilai tersebut dimulai dari tataran yang paling rendah sampai pada tataran yang paling tinggi. Secara urut neveau tersebut adalah:
a. Neveau anorganik
b. Neveau vegetatif
c. Neveau animal
d. Neveau humanis
e. Neveau metafisika/transkendental

4. Struktur Lapis Bunyi
Struktur ini lebih ditemukan pada karya puisi atau prosa liris yang kaya asonansi aliterasi, dan persajakan. Pentingnya struktur bunyi karena pada nuansa bunyi-bunyi tertentu akan dapat dihubungkan dengan suasana tertentu. Hal tersebut, misalnya, dapat dirasakan pada puisi-puisi mantra, yaitu puisi yang menempatkan struktur bunyi sebagai kekuatan makna, sehingga bunyi merupakan hal yang dominan.

1 komentar: