tag:blogger.com,1999:blog-48785887828938667012024-02-20T13:52:42.411-08:00BUDAYA DAN SASTRA"Berbudaya berarti mengembalikan eksistensi kehidupan yang sebanarnya. Tulis apa yang kamu pikirkan, lakukan apa yang kamu ucapkan, sesungguhnya nilai kemanusiaan akan terus ada"MUHSYANUR SYAHRIRhttp://www.blogger.com/profile/06512438434114994127noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-4878588782893866701.post-2166429502092063212013-06-02T20:07:00.000-07:002013-06-02T20:07:03.911-07:00BERPETUALANGAN DI PULAU SASTRADisusun Oleh ;<br />
MUHSYANUR SYAHRIRMUHSYANUR SYAHRIRhttp://www.blogger.com/profile/06512438434114994127noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4878588782893866701.post-91841336089436175162012-04-07T21:32:00.002-07:002012-05-29T04:18:32.428-07:00STRUKTUR PEMBANGUN KARYA SASTRA<div style="text-align: justify;">
Oleh : </div>
<div style="text-align: justify;">
MUHYSANUR SYAHRIR</div>
<div style="text-align: justify;">
(Sang Pemimpi Putra Oghy' Wajo)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
A. Pengertian Struktur</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat menghadapi karya sastra seorang penikmat atau pembaca akan berhadapan dengan sebuah struktur kehidupan yang imajinatif yang bermediumkan bahasa, struktur sastra itu sendiri. Yang dimaksud dengan struktur sastra di sini adalah susunan, penegasan dan gambaran semua materi serta bagian-bagian (elemen) yang menjadi komponen karya sastra dan merupakan kesatuan yang indah dan tepat (Abrams dalam Jabrohim (ed), 2001:167). Struktur karya sastra itu merupakan suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan ( Juwondo, dalam Jabrohim (ed), 2001:54).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
B. Struktur Karya Sastra</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikemukakan Fananie (2001), bahwa struktur karya sastra mencakup: struktur intrinsik, struktur ekstrinsik, struktur lapis bunyi, dan struktur lapis makna. Yang dimaksud dengan berbagai struktur itu adalah sebagai berikut ini :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Struktur Intrinsik </div>
<div style="text-align: justify;">
Intrinsik berarti unsur dalam. Dalam karya sastra berarti unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu (Tusthi,1991:69). Mursal Esten ( 1978:20) mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan struktur, seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan pengungkapan tema dan amanat. Juga termasuk di dalamnya hal-hal yang berhubungan dengan imajinasi dan emosi. Sedangkan unsur intrinsik sebuah puisi ialah: diksi, rima, ritme, dan tipografi (Thusthi,1991:100).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Struktur Ekstrinsik</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikatakan Fananie (2001:77) Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan memengaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat meliputi: 1) tradisi dan nilai-nilai, 2) struktur kehidupan sosial, 3) keyakinan dan pandangan hidup, 4) suasana politik, 5) lingkungan hidup, 6) agama, dan sebagainya. Nyoman Thusthi Eddy ( 1991: 69) menyatakan faktor-faktor seperti: 1) sejarah, 2) sosiologi, 3) psikologi, 4) politik, ekonomi, dan ideologi. Sejalan dengan dua pendapat di atas, Wellek & Warren ( dalam Waluyo, 1994:64) menyatakan: 1) biografi pengarang, 2) psikologi (proses kreatif), 3) sosiologis (kemasyarakatan) sosial budaya masyarakat, dan 4) filosofis (aliran filsafat pengarang) termasuk pada struktur ekstrinsik karya sastra. Termasuk ke dalam faktor sosiologis, i) aspek-aspek seperti profesi/ institusi, problem hubungan sosial, adat-istiadat, dan antarhubungan masyarakat, ii) hubungan historis, iii) hubungan sastra dengan faktor sosial, yakni menganggap sastra sebagai dokumen sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Struktur Lapis Makna </div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah karya sastra yang baik dan lengkap setidaknya memiliki lima tingkatan lapis makna atau neveau. Nilai-nilai tersebut dimulai dari tataran yang paling rendah sampai pada tataran yang paling tinggi. Secara urut neveau tersebut adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Neveau anorganik</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Neveau vegetatif</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Neveau animal</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Neveau humanis</div>
<div style="text-align: justify;">
e. Neveau metafisika/transkendental</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Struktur Lapis Bunyi</div>
<div style="text-align: justify;">
Struktur ini lebih ditemukan pada karya puisi atau prosa liris yang kaya asonansi aliterasi, dan persajakan. Pentingnya struktur bunyi karena pada nuansa bunyi-bunyi tertentu akan dapat dihubungkan dengan suasana tertentu. Hal tersebut, misalnya, dapat dirasakan pada puisi-puisi mantra, yaitu puisi yang menempatkan struktur bunyi sebagai kekuatan makna, sehingga bunyi merupakan hal yang dominan.</div>MUHSYANUR SYAHRIRhttp://www.blogger.com/profile/06512438434114994127noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4878588782893866701.post-14076353584701490322012-04-07T21:27:00.002-07:002012-05-29T04:19:53.450-07:00Sastra Imajinatif dan Non-Imajinatif<div style="text-align: justify;">
Oleh Echa Gestra II "08"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: blue; text-align: justify;">
<b>A. Sastra Imajinatif</b></div>
<div style="color: blue; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra imajinatif adalah sastra yang berupaya untuk menerangkan, menjelaskan, memahami, membuka pandangan baru, dan memberikan makna realitas kehidupan agar manusia lebih mengerti dan bersikap yang semestinya terhadap realitas kehidupan. Dengan kata lain, sastra imajinatif berupaya menyempurnakan realitas kehidupan walaupun sebenarnya fakta atau realitas kehidupan sehari-hari tidak begitu penting dalam sastra imajinatif. </div>
<div style="text-align: justify;">
Jenis-jenis tersebut antara lain puisi, fiksi atau prosa naratif, dan drama. Puisi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik. Fiksi atau prosa naratif terbagi atas tiga genre, yakni novel atau roman, cerita pendek (cerpen), dan novelet (novel “pendek”). Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhirnya, semua pembahasan mengenai sastra imajinatif ini harus bermuara pada bagaimana cara memahami ketiga jenis sastra imajinatif tersebut secara komprehensif. Tanpa adanya pemahaman ini, apa yang dipelajari dalam hakikat dan jenis sastra imajinatif ini hanya sekadar hiasan ilmu yang akan cepat pudar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perkembangan sastra akhir-akhir ini, karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b) sastra non-imajinatif.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra imajinatif mempunyai ciri</div>
<div style="text-align: justify;">
a. isinya bersifat khayali</div>
<div style="text-align: justify;">
b. menggunakan bahasa yang konotatif</div>
<div style="text-align: justify;">
c. memenuhi syarat-syarat estetika seni.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bentuk karya sastra yang termasuk karya sastra imajinatif yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Puisi : 1. epik 2. lirik 3. dramatik</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Prosa : 1. fiksi (novel, cerpen, roman) dan </div>
<div style="text-align: justify;">
2. drama (drama prosa, drama puisi)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: blue; text-align: justify;">
<b>B. Sastra Non-Imajinatif</b></div>
<div style="color: blue; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra non-imajinatif memiliki beberapa ciri yang mudah membedakannya dengan sastra imajinatif. Setidaknya terdapat dua ciri yang berkenaan dengan sastra tersebut. Pertama, dalam karya sastra tersebut unsur faktualnya lebih menonjol daripada khayalinya. Kedua, bahasa yang digunakan cenderung denotatif dan kalaupun muncul konotatif, kekonotatifan tersebut amat bergantung pada gaya penulisan yang dimiliki pengarang. Persamaannya, baik sastra imajinatif maupun non-imajinatif, keduanya sama-sama memenuhi estetika seni (unity = keutuhan, balance = keseimbangan, harmony = keselarasan, dan right emphasis = pusat penekanan suatu unsur). </div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra non-imajinatif itu sendiri merupakan sastra yang lebih menonjolkan unsur kefaktualan daripada daya khayalnya dan ditopang dengan penggunaan bahasa yang cenderung denotatif. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam prakteknya jenis sastra non-imajinatif ini terdiri atas karya-karya yang berbentuk esai, kritik, biografi, autobiografi, memoar, catatan harian, dan surat-surat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra non-imajinatif mempunyai ciri-ciri</div>
<div style="text-align: justify;">
a. isinya menekankan unsur faktual/faktanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Menggunakan bahasa yang cenderung denotatif.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Memenuhi unsur-unsur estetika seni.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bentuk karya sastra yang termasuk sastra non-imajinatif :</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Esai, yaitu karangan pendek tentang suatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Kritik, adalah analisis untuk menilai suatu karya seni atau karya sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Biografi, adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Otobiografi, adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
e. Sejarah, adalah cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan sumber tertulis maupun tidak tertulis.</div>
<div style="text-align: justify;">
f. Memoar, adalah otobiografi tentang sebagian pengalaman hidup saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
g. Catatan harian, adalah catataan seseorang tentang dirinya atau lingkungannya yang ditulis secara teratur.</div>MUHSYANUR SYAHRIRhttp://www.blogger.com/profile/06512438434114994127noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4878588782893866701.post-3025012333118744602012-04-07T21:25:00.001-07:002012-05-29T04:25:58.850-07:00Hakikat Sastra dan Kesastraan<div style="text-align: center;">
<b>Oleh : </b><br />
<br />
<b>Muhsyanur Syahrir</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: center;">
<b>A. Pengertian Sastra </b></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta (śāstra), yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Robert Scholes (dalam Luxemburg dkk, 1992: 1), sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda. Mengutip pandangan Robert Scholes tersebut, dapat dikatakan bahwa sastra merupakan ruang yang mengedepankan kata-kata (semacam lahan berekspresi) dibandingkan pada kebendaan yang mungkin setiap saat bisa lapuk dan binasa. Kata-kata diyakini akan lebih awet sebab ia berputar pada imajinasi antara hati dan otak manusia. Sehingga jarang untuk binasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sapardi (1979: 1) sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium: bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar-masyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Plato mengemukakan bahwa sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Aristoteles (murid Plato), mengemukakan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah sebagai gubahan bahasa yang bermaterikan kata-kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi pengarang. Dalam “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern” yang disusun oleh Muhammad Ali Hakikat, bahwa kebenaran atau kenyataan yang sebenarnya. Dari berbagai pendapat yang dipaparkan sebelumnya maka dapat ditarik sebuah garis simpulan tentang hakikat sastra yaitu pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini, sastra memang representasi dari cerminan masyarakat. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Georg Lukacs (Taum, 1997: 50) bahwa sastra merupakan sebuah cermin yang memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamik. Menurut Rapi Tang (2005: 1), sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Sastra adalah sesuatu yang di dalamnya sudah mengandung penilaian seni yang indah (Pradopo, 1994: 30). Sastra berhubungan dengan penciptaan dan ungkapan pribadi (ekspresi), dengan demikian setiap batasan sastra hanya menyangkut salah satu segi saja dari pengertian sastra (Sumardjo, 1984: 15).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra merupakan upaya yang penuh prakarsa dan keseksamaan yang dilakukan manusia di dalam mengendalikan lingkungan rohaninya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain pemaparan di atas, di bawah ini juga akan dijelaskan secara detail tentang sastra :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Sastra (Sansekerta शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta śāstra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti “instruksi” atau “ajaran”.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sastra bila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari); Karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Secara etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata sas- yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk..</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau karangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Sastra adalah karangan imajinatif yang mengungkapkan pengalaman hidup dan batin manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Sastra ialah karya tulis yang jika dibandingkan dengan karya tulis lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartisikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Sastra adalah perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan.</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Sastra adalah sebuah intruksi yang bersifat seni melalui daya imajinas dan keindahan. (Binar Agni, S.Si).</div>
<div style="text-align: justify;">
10. Satra adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab bukan dalam bahasa sehari-hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
11. Sastra adalah seni berbahasa (art for communication).</div>
<div style="text-align: justify;">
12. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam.</div>
<div style="text-align: justify;">
13. Sastra adalah ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran) dalam bahasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
14. Sastra adalah inspirasi kehidupan yanag dimateraikan dalam sebuah bentuk keindahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
15. Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang mempesona.</div>
<div style="text-align: justify;">
16. Sesuatu disebut teks sastra jika (1) teks tersebut tidak melulu disusun untuk tujuan komunikatif praktis atau sementara waktu, (2) teks tersebut mengandung unsur fiksionalitas, (3) teks tersebut menyebabkan pembaca mengambil jarak, (4) bahannya diolah secara istimewa, dan (5) mempunyai keterbukaan penafsiran.</div>
<div style="text-align: justify;">
17. Sastra mrupakan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang mempesona.</div>
<div style="text-align: justify;">
18. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakainan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai saat ini ada keyakinan bahwa ada tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya tulis lainnya, yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
a. sifat khayali</div>
<div style="text-align: justify;">
b. adanya nilai-nilai seni/estetika</div>
<div style="text-align: justify;">
c. penggunaan bahasa yang khas</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: center;">
<b>B. Pengertian Kesusastraan</b></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kata kesusastraan dari bahasa sansekerta, terbentuk dari kata sucastra dan mendapat imbuhan ke-an. Kata sucastra masih dapat dipecah lagi menjadi kata su dan sastra. Su berarti baik atau indah, sedangkan sastra bararti tulisan, huruf, atau karangan. Susastra berarti tulisan atau karangan yang baik dan indah, sedangkan imbuhan ke-an berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan kata yang mendapat imbuhan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesusastraan berarti semua tulisan atau karangan yang ditulis dengan bahasa yang indah dan mengandung nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sejalan dengan pengertian tersebut, H. Ucu Jamaludin Abdurohman mengemukakan pengertian yang sama yaitu kesusastraan berasal dari ke-susastra-an. Susastra berasal dari sastra. Sastra berasal dari akar kata sas artinya ajar dan tra artinya alat. Sastra berarti alat belajar. Su awalan yang berarti baik, bagus, indah. a) Susastra yaitu karangan (alat/ aturan yang berisi ajaran/ petunjuk) yang indah bahasanya. b) Kesusastraan yaitu segala hasil cipta manusia dengan bahasa sebagai alatnya yang indah dan baik isinya, sehingga dapat meningkatkan budi pekerti manusia. Jadi, kesusastraan adalah segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah sehingga sastra adalah suatu komunikasi yang hidup bersama bahasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kesusastraan, tulisan atau karangan harus meliputi:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Bahasa yang terpelihara baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Isinya yang baik, artinya benar-benar menggambarkan kebenaran dalam kehidupan manusia di alam ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Cara menyajikan haruslah indah dan menarik sehingga terkesan dan dapat menyentuh hati pembaca atau pendengarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun demikian, diskusi tentang hakikat sastra sampai sekarang masih hangat. Hal itu karena banyak definisi yang tidak memuaskan. Definisi-definisi yang pernah ada kurang memuaskan karena:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pada dasarnya sastra bukanlah ilmu, sastra adalah cabang seni. Seni sangat ditentukan oleh faktor manusia dan penafsiran, khususnya masalah perasaan, semangat, kepercayaan. Dengan demikian, sulit sekali dibuat batasan atau definisi sastra di mana definisi tersebut dihasilkan dari metode ilmiah.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekaligus. Seperti diketahui, karya sastra selalu melekat dengan situasi dan waktu penciptaannya. Karya sastra tahun 1920-an tentu berbeda dengan karya sastra tahun 1966. Kadang-kadang definisi kesusastraan ingin mencakup seluruhnya, sehingga mungkin tepat untuk satu kurun waktu tertentu tetapi ternyata kurang tepat untuk yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Orang ingin mencari definisi ontologis tentang sastra (ingin mengungkap hakikat sastra). Karya sastra pada dasarnya merupakan hasil kreatifitas manusia. Kreatifitas merupakan sesuatu yang sangat unik dan individual. Oleh sebab itu sangat tidak memungkinkan jika orang mau mengungkap hakikat sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Orientasinya terlalu kebarat-baratan. Ketika orang mencoba mendefinisikan kesusastraan, orang cenderung mengambil referensi dari karya-karya Barat. Padahal belum tentu telaah yang dilakukan untuk karya sastra Barat sesuai untuk diterapkan pada karya sastra Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Biasanya terjadi percampuran antara mendefinisikan sastra dan menilai bermutu tidaknya suatu karya sastra. Definisi mensyaratkan sesuatu rumusan yang universal, berlaku umum, sementara penilaian hanya berlaku untuk karya-karya tertentu yang diketahui oleh pembuat definisi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesusastraan biasanya dibagi menurut daerah georafis atau bahasanya. yang termasuk ke dalam kategori sastra adalah sebagai berikut: novel, cerita/ cerpen (tertulis/ lisan), syair, pantun, sandiwara/ drama, serta lukisan/ kaligrafi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam “Theory of Literature” karangan Rene Wellek dan Austin Warren, dinyatakan bahwa ciri atau sifat-sifat kesusastraan adalah 1) fiction, 2) imagination, 3) invention. Jadi, menurut Wellek dan Warren, karangan yang bersifat rekaan biasanya berdasarkan daya angan (imajinasi) dan mengandung daya cipta merupakan kesusatraan. Dijelaskan pula bahwa karena sifat-sifat tersebut, maka kesusastraan selalu berbentuk 1) lirik, 2) epik, dan 3) dramatik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara detail, di bawah ini juga dijelaskan beberapa pendapat tentang kesusastraan yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kesusatraan adalah sebuah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki bebragai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkpannya, drama, epik, dan lirik.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Kesusastraaan adalah kegiatan ilmiah yang bersifat seni untuk menghasilkan hasil karya yang berisikan sastra keindahan baik dari segi penyusunan maupun ungkapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Kesusastraaan adalah kegiatan-kagiatan yang dilakukan yang bersifat atau berhubungan dengan sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Kesusastraan merupakan kegiatan ilmiah yang bersifat imajinasi (hayal), art (seni), dan mengandung perasaan yang indah.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Kesusastraan adalah segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah sehingga sastra adalah suatu komunikasi yang hidup bersama bahasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: center;">
<b>C. Pembagian dan Genre (jenis-jenis) Sastra</b></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karya sastra Indonesia dapat dibagi menjadi dua menurut zaman pembuatan karya sastra tersebut. Yang pertama adalah karya sastra lama Indonesia dan karya sastra baru Indonesia. Masing-masing karya memiliki ciri khas tersendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
Karya sastra lama adalah karya sastra yang lahir dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang masih memegang adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Karya sastra lama biasanya bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama. Sastra lama Indonesia memiliki ciri-ciri:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. terikat oleh kebiasaan dan adat masyarakat;</div>
<div style="text-align: justify;">
2. bersifat istana sentries;</div>
<div style="text-align: justify;">
3. bentuknya baku;</div>
<div style="text-align: justify;">
4. biasanya nama pengarangnya tidak disertakan (anonim).</div>
<div style="text-align: justify;">
Bentuk sastra lama Indonesia adalah pantun, gurindam, syair, hikayat, dongeng, dan tambo.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karya sastra baru Indonesia sangat berbeda dengan sastra lama. Karya sastra ini sudah tidak dipengaruhi adat kebiasaan masyarakat sekitarnya. Malahan karya sastra baru Indonesia cenderung dipengaruhi oleh sastra dari Barat atau Eropa. Ciri-ciri sastra baru Indonesia adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. ceritanya berkisar kehidupan masyarakat;</div>
<div style="text-align: justify;">
2. bersifat dinamis (mengikuti perkembangan zaman;</div>
<div style="text-align: justify;">
3. mencerminkan kepribadian pengarangnya;</div>
<div style="text-align: justify;">
4. selalu diberi nama sang pembuat karya sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bentuk sastra baru Indonesia antara lain adalah roman, novel, cerpen, dan puisi modern.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ilmu sastra, para pakar pada masa sekarang ini emngungkap bahwa yang termasuk genre (jenis) sastra yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Prosa Fiksi</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Puisi, dan</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Drama</div>
<div style="text-align: justify;">
Genre (jenis) sastra yang disebut di atas, akan dijelaskan secara detail dan lengkap pada bab tertentu di dalam buku ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
D. Kriteria Karya Sastra</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menentukan baik-buruknya, berhasil tidaknya atau populer tidaknya sebuah karya sastra yang bersangkutan, ada beberapa kriteria yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kriteria kebaruan (inovasi)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini, acuan untuk menentukannya bukan pada tema karya bersangkutan, melainkan pada semua unsur intrinsik yang terdapat pada karya-karya yang terbit sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Kepaduan (koherensi)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini yang dilihat adalah kepaduan dari pilihan kata (diksi) yang digunakannya dalam karya sastra tersbut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Kompleksitas (kerumitan)</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal yang dilihat adalah bagaimana pemahaman sastrawan mengenai masalah budaya yang melingkarinya. Pemahaman kultural itulah yang kemudian disajikan dan berusaha diselesaikan pengarang, juga melalui pendekatan budaya. Dengan begitu, penyelesaiannya juga tentu saja tidak sederhana, dan tidak mungkin dapat dilakukan secara hitam putih. Dalam kriteria ini, pembaca diajak juga untuk merefleksikan atau ikut memikirkan persoalan yang dihadapi tokoh-tokoh dalam novel bersangkutan. Jadi, bisa saja masalahnya sederhana, tetapi penyajiannya begitu rumit yang menyangkut masalah sosial budaya yang pada akhirnya bermuara pada masalah manusia dan kemanusiaan secara universal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Orisinalitas (keaslian)</div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak aspek yang dapat digunakan untuk menilai orisinalitas karya sastra. Pertama, dilihat dari salah satu unsurnya yang membangun karya sastra yang bersangkutan; tema, latar, tokoh, alur, atau sudut pandang (jika novel); bait, larik, diksi, atau majas (jika puisi), atau tokoh, tema, latar, alur, bentuk dialog atau petunjuk pemanggungan (jika drama). Kedua, dilihat dari cara penyajiannya; bagaimana pengarang menyampaikan kisahannya (novel), citraannya (puisi) atau dialog dan petunjuk pemanggungannya (drama).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Kematangan (berwawasan dan intelektualitas)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kriteria ini berkaitan dengan bagaimana pengarang mengolah kenyataan faktual, baik peristiwa besar atau biasa, menjadi sesuatu yang memukau, mempesona dan sekaligus juga merangsang emosi pembaca, meskipun pengarangnya sendiri mungkin tidak mempunyai potensi untuk itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Kedalaman (eksploratif)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kriteria ini menyangkut kedalaman makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra (ada makna yang berarti di dalam karya tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemahaman mengenai keenam kriteria itu, sangat mungkin akan memudahkan kita untuk menilai karya sastra. Bagaimanapun juga, dengan keenam kriteria itu, kita mempunyai ukuran, parameter, atau dasar objektivitas untuk menilai keberhasilan atau kelemahan karya yang bersangkutan. Paling tidak, penilaian kita terhadap karya sastra tertentu, mempunyai landasan yang dapat dipertanggungjawabkan, objektif, dan beralasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Luxemburg (1992:4-6) beberapa ciri karya sastra yang selalu muncul dari definisi-definisi yang pernah diungkapkan antara lain:</div>
<div style="text-align: justify;">
a) Sastra merupakan ciptaan atau kreasi, bukan pertama-tama imitasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
b) Sastra bersifat otonom (menciptakan dunianya sendiri), terlepas dari dunia nyata.</div>
<div style="text-align: justify;">
c) Sastra mempunyai ciri koherensi atau keselarasan antara bentuk dan isinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
d) Sastra menghidangkan sintesa (jalan tengah) antara hal-hal yang saling bertentangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
e) Sastra berusaha mengungkapkan hal yang tidak terungkapkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jako Sumardjo dan Zaini KM (1988: 5 - 8) mengajukan sepuluh syarat karya sastra bermutu, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Karya sastra adalah usaha merekam isi jiwa sastrawannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Sastra adalah komunikasi, artinya bisa dipahami oleh orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Sastra adalah sebuah keteraturan, artinya tunduk pada kaidah-kaidah seni.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Sastra adalah penghiburan, artinya mampu memberi rasa puas atau rasa senang pada pembaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Sastra adalah sebuah integrasi, artinya terdapat keserasian antara isi, bentuk, bahasa, dan ekspresi pribadi pengarangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Sebuah karya sastra yang bermutu merupakan penemuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Karya yang bermutu merupakan (totalitas) ekspresi sastrawannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah karya yang pekat, artinya padat isi dan bentuk, bahasa, dan ekspresi.</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Karya sastra yang bermutu merupakan (hasil) penafsiran kehidupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
10. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah pembaharuan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan Jako Sumardjo dan Zaini KM, Luxemburg berpendapat bahwa;</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Karya sastra adalah teks-teks yang tidak disusun untuk tujuan komunikasi praktis dan sementara waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Karya sastra adalah teks-teks yang mengandung unsur fiksionalitas.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Karya sastra adalah jika pembacanya mengambil jarak dengan teks tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Bahannya diolah secara istimewa.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Karya sastra dapat kita baca menurut tahap-atahp arti yang berbeda-beda.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Karena sifat rekaannya sastra secara langsung tidak mengatakan sesuatu mengenai kenyataan dan juga tidak menggugah kita untuk langsung bertindak.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Sambil membaca karya sastra tersebut kita dapat mengadakan identifikasi dengan seorang tokoh atau dengan orang-orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Bahasa sastra dan pengolahan bahan lewat sastra dapat membuka batin kita bagi pengalaman-pengalaman baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Bahasa dan sarana-sarana sastra lainnya mempunyai suatu nilai tersendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
10. Sastra sering digunakan untuk mencetuskan pendapat yang hidup dalam masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Sumardjo (1984: 13) ciri-ciri karya sastra adalah sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Sastra itu memberikan hiburan: karya sastra yang baik selalu menyenangkan untuk dibaca, karya sastra adalah sesuatu yang indah.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Sastra menunjukkan kebenaran hidup manusia: betapapun menariknya sebuah karya kalau ia berisi pengalaman yang menyesatkan hidup manusia (misalnya penuh kecabulan dan cerita kekejaman), ia tak pantas disebut karya sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Sastra itu melampaui batas bangasa dan zaman: kitab sastra Mahabharata dan Ramayana menceritakan kejadian beberapa ratusan tahun sebelum masehi tetapi masih digemari orang dalam abad 20-an ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, sedangkan menurut penyusun sendiri, (Muhsyanur) dalam memberikan defenisi dan penilaian terhadap sastra yaitu sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Sastra merupakan sesuatu yang indah dan menyenangkan (enjoyable), sebab dalam penulisannya menggunakan berbagai ragam perasaan; hayali, rekaan, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Sastra merupakan bagian dari ilmu dalam bentuk tulisan yang memberikan wawasan, dan kesan kepada pembaca atau penikmat.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Sastra merupakan alat komunikasi, alat perantara untuk menyampaikan perasaan, ide, dan gagasan penulis terhadap penikmat atau pembaca itu sendiri.</div>MUHSYANUR SYAHRIRhttp://www.blogger.com/profile/06512438434114994127noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4878588782893866701.post-85692515342363164042012-04-07T21:22:00.000-07:002012-05-29T04:27:44.669-07:00Sejarah dan Periodesasi Sastra<div style="text-align: justify;">
Oleh : </div>
<div style="text-align: justify;">
Muhsyanur Syahrir</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #cc0000; text-align: justify;">
<b>A. Sejarah Sastra di Indonesia</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah sastra adalah ilmu yang memperlihatkan perkembangan karya sastra dari waktu ke waktu. Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yaitu ilmu yang mempelajari tentang sastra dengan berbagai permasalahannya. Di dalamnya mencakup teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra, di mana ketiga hal tersebut saling berkaitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya (Todorov; 1985: 61) mengatakan bahwa tugas sejarah sastra sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Meneliti keragaman setiap kategori sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Meneliti jenis karya sastra baik secara diakronis. </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Maupun secara sinkronis.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Menentukan kaidah keragaman peralihan sastra dari satu masa ke masa berikutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kepulauan Nusantara yang terletak di antara Benua Asia dan Australia dan diantara Samudra Hindia/ Indonesia dengan Samudra Pasifik/ Lautan Teduh, dihuni oleh beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat istiadat dan bahasa sendiri-sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yaitu salah satu bahasa daerah di Nusantara. Bahasa Melayu digunakan oleh masyarakat Melayu yang berada di Pantai Timur Pulau Sumatera.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kerajaan Melayu yang berpusat di daerah Jambi, pada pertengahan abad ke-7 (689-692) dikuasai oleh Sriwijaya yang beribu kota di daerah Palembang sekarang ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kesusastraan Melayu Klasik</div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu karena hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa milik bersama. Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas : bentuk, isi, dan pengaruh asing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
a. Kesusastraan Rakyta (Kesusastraan Melayu Asli)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesusastraan rakyat / kesusastraan melayu asli, hidup di tengah-tengah masyarakat. Cerita itu diturunkan dari orang tua kapada anaknya, dari nenek mamak kepada cucunya, dari pencerita kepada pendengar. Penceritaan ini dikenal sebagai sastra lisan (oral literature).</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesusastraan yang tumbuh tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada waktu itu. Pada masa Purba (sebelum kedatangan agama Hindu, Budha dan Islam) kepercayaan yang dianut masyarakat adalah animisme dan dinamisme. Karena itu, cerita mereka berhubungan dengan kepercayaan kepada roh-roh halus dan kekuatan gaib yang dimilikinya. Misalnya :</div>
<div style="text-align: justify;">
1) cerita asal-usul;</div>
<div style="text-align: justify;">
2) cerita binatang;</div>
<div style="text-align: justify;">
3) cerita jenaka;</div>
<div style="text-align: justify;">
4) cerita Pelipur lara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
b. Pengaruh Hindu dalam Kesusastraan Melayu</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengaruh Hindu Budha di Nusantara sudah sejak lama. Menurut J.C. Leur (Yock Fang :1991:50) yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para Brahmana. Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan yang menjadi ksatria. Kemudian dengan munculnya agama Budha di India maka pengaruh India terhadap bangsa Melayu semakin besar. Apalagi agama Budha tidak mengenal kasta, sehingga mudah beradaptasi dengan masyarakat Melayu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Epos India dalam kesusastraan Melayu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ramayana : cerita Ramayana sudah dikenal lama di Nusantara. Pada zaman pemerintahan Raja Daksa (910-919) cerita rama diperlihatkan di relief-relief Candi Loro Jonggrang. Pada tahun 925 seorang penyair telah menyalin cerita Rama ke dalam bentuk puisi Jawa yaitu Kakimpoi Ramayana. Lima ratus tahun kemudian cerita Rama dipahat lagi sebagai relief Candi Penataran. Dalam bahasa Melayu cerita Rama dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama yang terdiri atas dua versi : 1) Roorda van Eysinga (1843) dan W.G. Shelabear.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mahabarata : Bukan hanya sekadar epos tetapi sudah menjadi kitab suci agama Hindu. Dalam sastra melayu Mahabarata dikenal dengan nama Hikayat Pandawa. Dalam sastra jawa pengaruh Mahabarata paling tampak dari cerita wayang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
c. Kesusastraan Zaman peralihan Hindu-Islam, dan Pengaruh Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam didalamnya. Contoh karya-karya sastra yang masuk dalam masa ini adalah ; Hikayat Puspa Raja, Hikayat Parung Punting, Hikayat Lang-lang Buana, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra pengaruh Islam adalah karya sastra yang isinya tentang ajaran agama Islam yang harus dilakukan oleh penganut agama Islam. Contoh karya : Hikayat Nur Muhammad, Hikayat Bulan Berbelah, Hikayat Iskandar Zulkarnaen dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan agama Islam yang pesat di Nusantara sebenarnya bertalian dengan perkembangan Islam di dunia. Pada tahun 1198 M. Gujarat ditaklukkan oleh Islam. Melalui Perdagangan oleh bangsa Gujarat, Islam berkembang jauh sampai ke wilayah Nusantara. Pada permulaan abad ke-13 Islam berkembang pesat di Nusantara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada abad ke-16 dan ke-17 kerajaan-kerajaan di Nusantara satu persatu menjadi wilayah jajahan bangsa Eropa yang pada mulanya datang ke Nusantara karena mau memiliki rempah-rempah.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Kesusastraan Masa Peralihan : Perkembangan dari Melayu Klasik ke Melayu Modern</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa ini perkembangan antara kesusastraan Melayu Klasik dan kesusastraan Melayu Modern peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh pengarangnya. Dua orang tokoh yang dikenal dalam masa peralihan ini adalah Raja Ali Haji dari pulau Penyengat, Kepulauan Riau, dan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Malaka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh karya Abdullah : Hikayat Abdullah, Syair Singapura dimakan Api, ia juga menerjemahkan Injil ke dalam bahasa melayu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh Gurindam Raja Ali Haji :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gurindam pasal pertama</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barang siapa tidak memegang agama</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekali-kali tidakkan boleh dibilangkan nama</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barang siapa mengenal yang empat</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia itulah orang yang makrifat</div>
<div style="text-align: justify;">
Barang siapa mengenal Allah</div>
<div style="text-align: justify;">
Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah</div>
<div style="text-align: justify;">
Barang siapa mengenal dunia</div>
<div style="text-align: justify;">
tahulah ia barang yang terperdaya</div>
<div style="text-align: justify;">
Barang siapa mengenal akhirat</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahulah ia dunia mudarat</div>
<div style="text-align: justify;">
Kurang fikir, kurang siasat</div>
<div style="text-align: justify;">
Tinta dirimu kelah tersesat</div>
<div style="text-align: justify;">
Fikir dahulu sebelum berkata</div>
<div style="text-align: justify;">
Supaya terlelah selang sengketa</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau mulut tajam dan kasar</div>
<div style="text-align: justify;">
Boleh ditimpa bahaya besar</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika ilmu tiada sempurna</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiada berapa ia berguna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Kesusastraan Melayu Modern</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa Melayu Modern ini merupakan lahirnya Kesusastraan Indonesia Modern. Jika menggunakan analogi ¨Sastra ada setelah bahasa ada¨ maka kesusastraan Indonesia baru ada mulai tahun 1928. Karena nama ¨bahasa Indonesia¨ secara politis baru ada setelah bahasa Melayu di diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun menurut Ayip Rosidi dan A. Teeuw, Kesusastraan Indonesia Modern ditandai dengan rasa kebangsaan pada karya sastra. Contohnya seperti : Moh. Yamin, Sanusi Pane, Muh. Hatta yang mengumumkan sajak-sajak mereka pada majalah Yong Sumatera sebelum tahun 1928.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bertolak pada kesepakatan ahli yang menyatakan bahwa sastra Indonesia berawal pada roman-roman terbitan Balai Pustaka pada tahun 1920-an, sejarahnya hingga sekarang terhitung masih sangat muda, sekitar 80 tahun. Karena itu, diperlukan buku-buku sejarah sastra yang bisa dirujuk pelajar, mahasiswa, peminat, dan ahli sastra. </div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, wajarlah apabila perjalanan sejarah sastra Indonesia dibagi-bagi dengan mempertimbangkan momentum perubahan sosial dan politik, seperti tampak dalam buku Ajip Rosidi (1968). Pembagian yang lebih rinci dengan angka tahun menjadi 1900-1933, 1933-1942, 1942-1945, 1945-1953, 1953-1961, dan 1961-1967 dengan warna yang berbeda sebagaimana tampak pada sejumlah karya-karya sastra yang penting. Kemudian pada periode 1961-1967 tampak menonjol warna perlawanan dan perjuangan untuk mempertahankan martabat, sedangkan sesudahnya tampak warna percobaan dan penggalian berbagai kemungkinan pengucapan sastra. </div>
<div style="text-align: justify;">
Format baru kalau momentum sosial-politik masih dipergunakan sebagai ancangan periodisasi sejarah sastra Indonesia 1900-2000, mungkin saja tercatat format baru dengan menempatkan tiga momentum besar sebagai tonggak-tonggak pembatas perubahan sosial, politik, dan budaya, yaitu proklamasi kemerdekaan 17 Agustus1945, geger politik dan tragedi nasional 30 September 1965, dan reformasi politik 21 Mei 1998. </div>
<div style="text-align: justify;">
Analisis struktural Umar Yunus tentang perkembangan puisi Indonesia dan Melayu modern (Bhratara, Jakarta, 1981) dan telaah struktural tentang novel Indonesia (University of Malaysia, Kuala Lumpur, 1974) barangkali dapat dipergunakan sebagai rujukan untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan mempertimbangkan ketiga momentum tersebut maka diperoleh empat masa perjalanan sejarah sastra Indonesia, yaitu masa pertama mencakup tahun 1900-1945, masa kedua mencakup tahun 1945-1965, masa ketiga mencakup tahun 1965-1998, dan masa keempat yang dimulai pada tahun 1998 hingga waktu yang belum dapat diperhitungkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan meminjam baju politik yang dianggap populer dan tetap mempertimbangkan nasionalisme maka penamaan keempat masa perjalanan sastra Indonesia itu bisa menghasilkan tawaran sebagai berikut: Masa Pertumbuhan atau Masa Kebangkitan dapat dipergunakan untuk mewadahi kehidupan sastra Indonesia tahun 1900-1945 dengan alasan bahwa pada masa itu telah tumbuh nasionalisme yang juga tampak dalam sejumlah karya sastra, seperti sajak-sajak Rustam Efendi, Muhamad Yamin, Asmara Hadi dan lain-lain. Yang jelas, pada masa itu perkembangan karya sastra yang sebagian sudah bersemangat Indonesia dan sekarang memang tercatat sebagai modal awal khazanah sastra Indonesia. </div>
<div style="text-align: justify;">
Masa Pemapanan dapat dimanfaatkan untuk mewadahi kehidupan sastra Indonesia tahun 1965-1998 dengan alasan pada masa itu terjadi pemapanan berbagai sistem: sosial, politik, penerbitan, dan pendidikan yang dampaknya tampak juga di bidang sastra Indonesia. Mengingat besarnya muatan sejarah sastra Indonesia itu maka diperlukan pembagian sejarah pertumbuhan dan perkembangannya menjadi empat masa seperti tersebut sebelumny, yaitu (1) masa pertumbuhan atau masa kebangkitan yang disebutkan sebelumnya dengan angka tahun 1900-1945, (2) masa pergolakan atau masa revolusi dengan angka tahun 1945-1965, (3) masa pemapanan dengan angka tahun 1965-1998, dan (4) masa pembebasan dengan angka tahun 1998-sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
B. Periodisasi Sastra Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa pendapat tentang periodisasi sastra Indonesia, Penyusun mengambil dua diantaranya :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Menurut Nugroho Notosusanto</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Kesusastraan Melayu Lama</div>
<div style="text-align: justify;">
1) Kesusastraan Indonesia Modern.</div>
<div style="text-align: justify;">
Zaman Kebangkitan : Periode 1920, 1933, 1942, 1945.</div>
<div style="text-align: justify;">
2) Zaman Perkembangan : Periode 1945, 1950 sampai sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Menurut Simomangkir Simanjuntak</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Kesusastraan Masa Lama/ Purba : sebelum datangnya pengaruh hindu.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Kesusastraan Masa Hindu/ Arab : mulai adanya pengaruh hindu sampai dengan kedatangan agama Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Kesusastraan Masa Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Kesusastraan Masa Baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
1) Kesusastraan Masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi</div>
<div style="text-align: justify;">
2) Masa Balai Pustaka</div>
<div style="text-align: justify;">
3) Masa Pujangga Baru</div>
<div style="text-align: justify;">
4) Kesusastraan Masa Mutakhir : 1942 hingga sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan urutan waktu, maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Angkatan Pujangga Lama</div>
<div style="text-align: justify;">
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di Indonesia didominasi oleh</div>
<div style="text-align: justify;">
syair, pantun, gurindam dan hikayat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karya Sastra Pujangga Lama : </div>
<div style="text-align: justify;">
• Sejarah Melayu</div>
<div style="text-align: justify;">
• Hikayat Abdullah - Hikayat Andaken Penurat - Hikayat Bayan Budiman - Hikayat Djahidin - Hikayat Hang Tuah - Hikayat</div>
<div style="text-align: justify;">
Kadirun - Hikayat Kalila dan Damina - Hikayat Masydulhak - Hikayat Pandja Tanderan - Hikayat Putri Djohar Manikam – Hikayat Tjendera Hasan - Tsahibul Hikayat. </div>
<div style="text-align: justify;">
• Syair Bidasari - Syair Ken Tambuhan - Syair Raja Mambang Jauhari - Syair Raja Siak dan</div>
<div style="text-align: justify;">
• Berbagai Sejarah, Hikayat, dan Syair lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Angkatan Sastra Melayu Lama</div>
<div style="text-align: justify;">
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Padang, dan daerah Sumatera lainnya", Cina dan masyarakat Indo-Eropa. </div>
<div style="text-align: justify;">
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel Barat.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Karya Sastra "Melayu Lama"</div>
<div style="text-align: justify;">
•Robinson Crusoe (terjemahan) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Lawan-lawan Merah </div>
<div style="text-align: justify;">
•Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Graaf de Monte Cristo (terjemahan) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Kapten Flamberger (terjemahan) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Rocambole (terjemahan) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Bunga Rampai oleh A.F van Dewall </div>
<div style="text-align: justify;">
•Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe </div>
<div style="text-align: justify;">
•Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan </div>
<div style="text-align: justify;">
•Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya </div>
<div style="text-align: justify;">
•Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Cerita Nyi Paina </div>
<div style="text-align: justify;">
•Cerita Nyai Sarikem </div>
<div style="text-align: justify;">
•Cerita Nyonya Kong Hong Nio </div>
<div style="text-align: justify;">
•Nona Leonie </div>
<div style="text-align: justify;">
•Warna Sari Melayu oleh Kat S.J </div>
<div style="text-align: justify;">
•Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan </div>
<div style="text-align: justify;">
•Cerita Rossina </div>
<div style="text-align: justify;">
•Nyai Isah oleh F. Wiggers </div>
<div style="text-align: justify;">
•Drama Raden Bei Surioretno </div>
<div style="text-align: justify;">
•Syair Java Bank Dirampok </div>
<div style="text-align: justify;">
•Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang </div>
<div style="text-align: justify;">
•Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen </div>
<div style="text-align: justify;">
•Tambahsia </div>
<div style="text-align: justify;">
•Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo </div>
<div style="text-align: justify;">
•Nyai Permana </div>
<div style="text-align: justify;">
•Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo), dan masih ada </div>
<div style="text-align: justify;">
sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Angkatan Balai Pustaka</div>
<div style="text-align: justify;">
Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 - 1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam, dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh</div>
<div style="text-align: justify;">
sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar).</div>
<div style="text-align: justify;">
Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengarang dan karya sastra Angkatan Balai Pustaka :</div>
<div style="text-align: justify;">
•Merari Siregar </div>
<div style="text-align: justify;">
- Azab dan Sengsara: kissah kehidoepan seorang gadis (1921) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Binasa kerna gadis Priangan (1931) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tjinta dan Hawa Nafsu </div>
<div style="text-align: justify;">
•Marah Roesli </div>
<div style="text-align: justify;">
- Siti Nurbaya</div>
<div style="text-align: justify;">
- La Hami </div>
<div style="text-align: justify;">
- Anak dan Kemenakan </div>
<div style="text-align: justify;">
•Nur Sutan Iskandar </div>
<div style="text-align: justify;">
- Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan</div>
<div style="text-align: justify;">
- Hulubalang Raja (1961) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Karena Mentua (1978) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Katak Hendak Menjadi Lembu (1935) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Abdul Muis </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pertemuan Djodoh (1964)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Salah Asuhan </div>
<div style="text-align: justify;">
- Surapati (1950) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Tulis Sutan Sati </div>
<div style="text-align: justify;">
- Sengsara Membawa Nikmat (1928) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tak Disangka</div>
<div style="text-align: justify;">
- Tak Membalas Guna </div>
<div style="text-align: justify;">
- Memutuskan Pertalian (1978) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Aman Datuk Madjoindo</div>
<div style="text-align: justify;">
- Menebus Dosa (1964) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Si Tjebol Rindoekan Boelan (1934) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Sampaikan Salamku Kepadanya </div>
<div style="text-align: justify;">
•Suman Hs. </div>
<div style="text-align: justify;">
- Kasih Ta' Terlarai (1961) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Pertjobaan Setia (1940) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Adinegoro </div>
<div style="text-align: justify;">
- Darah Muda </div>
<div style="text-align: justify;">
- Asmara Jaya </div>
<div style="text-align: justify;">
- Sutan Takdir Alisjahbana </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tak Putus Dirundung Malang </div>
<div style="text-align: justify;">
- Dian jang Tak Kundjung Padam (1948)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Anak Perawan Di Sarang Penjamun (1963) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Hamka </div>
<div style="text-align: justify;">
- Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1957) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tuan Direktur (1950) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Di dalam Lembah Kehidoepan (1940) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Anak Agung Pandji Tisna </div>
<div style="text-align: justify;">
- Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1975)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Sukreni Gadis Bali (1965) </div>
<div style="text-align: justify;">
- I Swasta Setahun di Bedahulu (1966) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Said Daeng Muntu</div>
<div style="text-align: justify;">
- Pembalasan </div>
<div style="text-align: justify;">
- Karena Kerendahan Boedi (1941)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
•Marius Ramis Dayoh </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pahlawan Minahasa (1957) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Putra Budiman: Tjeritera Minahasa (1951) </div>
<div style="text-align: justify;">
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai Raja Pengarang Balai Pustaka oleh sebab banyaknya karya tulisnya pada masa tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Angkatan Pujangga Baru</div>
<div style="text-align: justify;">
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa itu, terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu 1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah dan; 2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yangdimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis dan karya sastra Pujangga Baru :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
•Sutan Takdir Alisjahbana </div>
<div style="text-align: justify;">
- Layar Terkembang (1948) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tebaran Mega (1963)</div>
<div style="text-align: justify;">
•Armijn Pane </div>
<div style="text-align: justify;">
- Belenggu (1954) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Jiwa Berjiwa </div>
<div style="text-align: justify;">
- Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)</div>
<div style="text-align: justify;">
•Tengku Amir Hamzah </div>
<div style="text-align: justify;">
- Nyanyi Sunyi (1954) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Buah Rindu (1950) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Setanggi Timur (1939) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Sanusi Pane </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pancaran Cinta (1926) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Puspa Mega (1971) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Madah Kelana (1931/1978) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Sandhyakala ning Majapahit (1971) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Kertadjaja (1971) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Muhammad Yamin </div>
<div style="text-align: justify;">
- Indonesia, Toempah Darahkoe (1928) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Kalau Dewi Tara Sudah Berkata </div>
<div style="text-align: justify;">
- Ken Arok dan Ken Dedes (1951) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tanah Air </div>
<div style="text-align: justify;">
•Roestam Effendi </div>
<div style="text-align: justify;">
- Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan (1953) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pertjikan Permenungan (1953) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Selasih </div>
<div style="text-align: justify;">
- Kalau Ta' Oentoeng (1933) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pengaruh Keadaan (1957) </div>
<div style="text-align: justify;">
- J.E.Tatengkeng </div>
<div style="text-align: justify;">
- Rindoe Dendam (1934) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Angkatan 1945</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra</div>
<div style="text-align: justify;">
angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik - idealistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis dan karya sastra Angkatan '45 :</div>
<div style="text-align: justify;">
•Chairil Anwar </div>
<div style="text-align: justify;">
- Kerikil Tadjam (1949) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Deru Tjampur Debu (1949) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Asrul Sani, Rivai Apin Chairil Anwar </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tiga Menguak Takdir (1950) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Idrus </div>
<div style="text-align: justify;">
- Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Aki (1949)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Perempuan dan Kebangsaan </div>
<div style="text-align: justify;">
•Pramoedya Ananta Toer </div>
<div style="text-align: justify;">
- Bukan Pasar Malam (1951) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Ditepi Kali Bekasi (1951) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Gadis Pantai </div>
<div style="text-align: justify;">
- Keluarga Gerilja (1951) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Mereka jang Dilumpuhkan (1951) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Perburuan (1950)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Tjerita dari Blora (1963) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Mochtar Lubis </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tidak Ada Esok (1982) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Djalan Tak Ada Udjung (1958) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Si Djamal (1964)</div>
<div style="text-align: justify;">
•Achdiat K. Mihardja </div>
<div style="text-align: justify;">
- Atheis - 1958 </div>
<div style="text-align: justify;">
•Trisno Sumardjo </div>
<div style="text-align: justify;">
- Katahati dan Perbuatan (1952) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Terjemahan karya W. Shakespeare: Hamlet, Impian di tengah Musim, Macbeth, Raja Lear, Romeo dan Julia, SaudagarVenezia, dll. </div>
<div style="text-align: justify;">
•M.Balfas </div>
<div style="text-align: justify;">
- Lingkaran-lingkaran Retak, kumpulan cerpen (1978) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Utuy Tatang Sontani </div>
<div style="text-align: justify;">
- Suling (1948) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tambera (1952) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Awal dan Mira - drama satu babak (1962) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Angkatan 1950 - 1960-an</div>
<div style="text-align: justify;">
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya</div>
<div style="text-align: justify;">
sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan</div>
<div style="text-align: justify;">
diteruskan dengan majalah sastra lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat</div>
<div style="text-align: justify;">
(Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara</div>
<div style="text-align: justify;">
kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960, menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk</div>
<div style="text-align: justify;">
ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G 30 S PKI di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis dan karya sastra Angkatan 50-60-an Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada akhir dekade 80-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya</div>
<div style="text-align: justify;">
Barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran Timur.</div>
<div style="text-align: justify;">
•Ajip Rosidi</div>
<div style="text-align: justify;">
- Cari Muatan </div>
<div style="text-align: justify;">
- Di tengah Keluarga (1956)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Pertemuan Kembali (1960 </div>
<div style="text-align: justify;">
- Sebuah Rumah Buat Hari Tua </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tahun-tahun Kematian (1955) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Ali Akbar Navis </div>
<div style="text-align: justify;">
- Bianglala: kumpulan tjerita pendek (1963) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Hudjan Panas (1963) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Robohnja Surau Kami: 8 tjerita pendek pilihan (1950)</div>
<div style="text-align: justify;">
•Bokor Hutasuhut </div>
<div style="text-align: justify;">
- Datang Malam (1963) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Enday Rasidin </div>
<div style="text-align: justify;">
- Surat Cinta </div>
<div style="text-align: justify;">
•Nh. Dini </div>
<div style="text-align: justify;">
- Dua Dunia (1950) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Hati jang Damai (1960)</div>
<div style="text-align: justify;">
•Nugroho Notosusanto </div>
<div style="text-align: justify;">
- Hujan Kepagian (1958) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Rasa Sajangé (1961)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Tiga Kota (1959)</div>
<div style="text-align: justify;">
•Ramadhan K.H </div>
<div style="text-align: justify;">
- Api dan Si Rangka </div>
<div style="text-align: justify;">
- Priangan si Djelita (1956)</div>
<div style="text-align: justify;">
•Sitor Situmorang </div>
<div style="text-align: justify;">
- Dalam Sadjak (1950) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pertempuran dan Saldju di Paris (1956) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)</div>
<div style="text-align: justify;">
•Subagio Sastrowardojo </div>
<div style="text-align: justify;">
- Simphoni (1957) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Titis Basino </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pelabuhan Hati (1978) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Dia, Hotel, Surat Keputusan (cerpen) (1963) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Lesbian (1976) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Bukan Rumahku (1976) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pelabuhan Hati (1978) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Di Bumi Aku Bersua di Langit Aku Bertemu (1983) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Trilogi: Dari Lembah Ke Coolibah (1997); Welas Asih </div>
<div style="text-align: justify;">
- Merengkuh Tajali (1997); Menyucikan Perselingkuhan (1998) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Aku Supiah Istri Wardian (1998) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tersenyumpun Tidak Untukku Lagi (1998) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Terjalnya Gunung Batu (1998) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Aku Kendalikan Air, Api, Angin, dan Tanah (1998) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Rumah Kaki Seribu (1998) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tangan-Tangan Kehidupan (1999) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Bila Binatang Buas Pindah Habitat (1999) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Mawar Hitam Milik Laras (1999) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Toto Sudarto Bachtiar </div>
<div style="text-align: justify;">
- Suara : kumpulan sadjak 1950-1955 (1962) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Etsa, sadjak-sadjak (1958) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Trisnojuwono </div>
<div style="text-align: justify;">
- Angin Laut (1958) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Dimedan Perang (1962) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Laki-laki dan Mesiu (1951) </div>
<div style="text-align: justify;">
•W.S. Rendra </div>
<div style="text-align: justify;">
- Balada Orang Tertjinta (1957) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Empat Kumpulan Sajak (1961) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Ia Sudah Bertualang dan tjerita-tjerita pendek lainnja (1963)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. Angkatan 1966 - 1970-an</div>
<div style="text-align: justify;">
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan</div>
<div style="text-align: justify;">
ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran</div>
<div style="text-align: justify;">
surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain. Pada masa angkatan ini di Indonesia, Penerbit Pustaka Jaya sangat</div>
<div style="text-align: justify;">
banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang</div>
<div style="text-align: justify;">
lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra</div>
<div style="text-align: justify;">
Indonesia, H. B. Jassin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada</div>
<div style="text-align: justify;">
masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen, dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan</div>
<div style="text-align: justify;">
kesalah-pahaman, ia lahir mendahului zamannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa sastrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Akhudiat,</div>
<div style="text-align: justify;">
Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi,</div>
<div style="text-align: justify;">
Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karya Sastra Angkatan '66 :</div>
<div style="text-align: justify;">
•Sutardji Calzoum Bachri</div>
<div style="text-align: justify;">
- O </div>
<div style="text-align: justify;">
- Amuk </div>
<div style="text-align: justify;">
- Kapak</div>
<div style="text-align: justify;">
•Abdul Hadi WM </div>
<div style="text-align: justify;">
- Laut Belum Pasang – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Meditasi – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tergantung Pada Angin – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Anak Laut Anak Angin – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Sapardi Djoko Damono </div>
<div style="text-align: justify;">
- Dukamu Abadi – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Mata Pisau dan Akuarium – (kumpulan puisi)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Perahu Kertas – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Sihir Hujan – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Hujan Bulan Juni – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Arloji – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Ayat-ayat Api – (kumpulan puisi) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Goenawan Mohamad </div>
<div style="text-align: justify;">
- Interlude </div>
<div style="text-align: justify;">
- Parikesit </div>
<div style="text-align: justify;">
- Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang – (kumpulan esai) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Asmaradana </div>
<div style="text-align: justify;">
- Misalkan Kita di Sarajevo </div>
<div style="text-align: justify;">
•Umar Kayam </div>
<div style="text-align: justify;">
- Seribu Kunang-kunang di Manhattan </div>
<div style="text-align: justify;">
- Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Lebaran di Karet, di Karet - (kumpulan cerita pendek) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pada Suatu Saat di Bandar Sangging </div>
<div style="text-align: justify;">
- Kelir Tanpa Batas</div>
<div style="text-align: justify;">
- Para Priyayi </div>
<div style="text-align: justify;">
- Jalan Menikung </div>
<div style="text-align: justify;">
•Danarto </div>
<div style="text-align: justify;">
- Godlob</div>
<div style="text-align: justify;">
- Adam Makrifat </div>
<div style="text-align: justify;">
- Berhala </div>
<div style="text-align: justify;">
•Putu Wijaya </div>
<div style="text-align: justify;">
- Telegram </div>
<div style="text-align: justify;">
- Stasiun </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pabrik</div>
<div style="text-align: justify;">
- Gres – Putu Wijaya</div>
<div style="text-align: justify;">
- Bom </div>
<div style="text-align: justify;">
- Aduh – (drama)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Edan – (drama)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Dag Dig Dug – (drama) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Iwan Simatupang </div>
<div style="text-align: justify;">
- Ziarah</div>
<div style="text-align: justify;">
- Kering</div>
<div style="text-align: justify;">
- Merahnya Merah </div>
<div style="text-align: justify;">
- Koong </div>
<div style="text-align: justify;">
- RT Nol / RW Nol – (drama) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tegak Lurus Dengan Langit </div>
<div style="text-align: justify;">
•Arifin C. Noer </div>
<div style="text-align: justify;">
- Tengul – (drama) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Sumur Tanpa Dasar – (drama) </div>
<div style="text-align: justify;">
- Kapai Kapai – (drama) </div>
<div style="text-align: justify;">
•Djamil Suherman </div>
<div style="text-align: justify;">
- Sarip Tambak-Oso </div>
<div style="text-align: justify;">
- Umi Kulsum – (kumpulan cerita pendek) </div>
<div style="text-align: justify;">
- PerjaLanan ke Akhirat</div>
<div style="text-align: justify;">
- Sakerah </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8. Angkatan 1980 - 1990-an</div>
<div style="text-align: justify;">
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan</div>
<div style="text-align: justify;">
sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison tidak ada lagi, karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili Angkatan dekade 80-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Kurniawan Junaidi. Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80-an Antara lain adalah: -Badai Pasti Berlalu, - Cintaku di Kampus Biru, - Sajak Sikat Gigi, - Arjuna Mencari Cinta, - Manusia Kamar, dan – Karmila. Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita, karyanya bertolak belakang dengan novel-novel lainnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad 19 di mana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun, yang tidak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori</div>
<div style="text-align: justify;">
oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih "berat".</div>
<div style="text-align: justify;">
Budaya Barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama cerita terus memengaruhi sastra Indonesia sampai tahun 2000.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9. Angkatan Reformasi</div>
<div style="text-align: justify;">
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke B.J. Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (GusDur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini</div>
<div style="text-align: justify;">
ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya</div>
<div style="text-align: justify;">
seputar Reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10. Angkatan 2000-an</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki 'juru bicara', Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan</div>
<div style="text-align: justify;">
2000. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami, dan Dorothea Rosa Herliany.</div>
<div style="text-align: justify;">
•Abidah el Khalieqy</div>
<div style="text-align: justify;">
•Afrizal Malna</div>
<div style="text-align: justify;">
•Ahmad Nurullah </div>
<div style="text-align: justify;">
•Ahmad Syubanuddin Alwy </div>
<div style="text-align: justify;">
•Ahmadun Yosi Herfanda adalah salah seorang penyair yang dimasukkan oleh Korrie Layun Rampan ke dalam Angkatan</div>
<div style="text-align: justify;">
2000, tapi ia sebenarnya telah banyak menulis sajak sejak awal 1980-an. </div>
<div style="text-align: justify;">
•Ayu Utami dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal</div>
<div style="text-align: justify;">
bangkitnya kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar,</div>
<div style="text-align: justify;">
itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung, lanjutan dari cerita Saman. </div>
<div style="text-align: justify;">
•Dorothea Rosa Herliany </div>
<div style="text-align: justify;">
•Seno Gumira Ajidarma</div>MUHSYANUR SYAHRIRhttp://www.blogger.com/profile/06512438434114994127noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4878588782893866701.post-2091444141746203022011-02-28T07:16:00.000-08:002012-05-29T04:28:40.605-07:00Biografi Chairil Anwar<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<b>CHAIRIL ANWAR</b> dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya berkahwin lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta. Semasa kecil di Medan, Chairil sangat rapat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Berikut ini adalah salah satu puisi karya chairil anwar yang terkenal berjudul "AKU"</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
AKU</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Oleh :</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Chairil Anwar</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Kalau sampai waktuku</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Tidak juga kau</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Tak perlu sedu-sedan itu</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Aku ini binatang jalan</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Dari kumpulannya terbuang</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Biar peluru menembus kulitku</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Aku tetap meradang menerjang</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Luka dan bisa kubawa berlari</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Berlari</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Hingga hilang pedih peri</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Dan aku akan lebih tidak perduli</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Aku mau hidup seribu tahun lagi</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
iografi Chairil Anwar dari Google Biografi</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat mempengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Semasa kecil di Medan, Chairil sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Chairil Anwar</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Patung Chairil Anwar di Jakarta</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
"Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta"</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa menyebut nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Masa dewasa</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di "Majalah Nisan" pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi dalam tiga buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini, antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk: "Krawang-Bekasi", yang disadurnya dari sajak "The Young Dead Soldiers", karya Archibald MacLeish (1948).</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Dia juga menulis sajak "Persetujuan dengan Bung Karno", yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945.</div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #674ea7; text-align: justify;">
Bahkan sajaknya yang berjudul "Aku" dan "Diponegoro" juga banyak diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata Aku binatang jalang dalam sajak Aku, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia untuk bebas merdeka.</div>MUHSYANUR SYAHRIRhttp://www.blogger.com/profile/06512438434114994127noreply@blogger.com0